ProfilSejarah

Nyi Wandansari dan Asal Mula Nama Ceglik di Desa Japan

Di Desa Wisata Japan, Kabupaten Kudus terdapat nama dukuh yang unik. “Ceglik” nama dukuhan tersebut. Penamaan dukuh tersebut, bagi warga sekitar tidak lepas dari sosok “Nyi atau Nyai Wandansari. Salah seorang sosok, yang petilasanya di jaga oleh warga di dukuh tersebut.

Sosok Nyi Wandansari merupakan sosok yang percaya sebagai cikal bakal (orang pertama/leluhur) di dukuh Ceglik. Hal ini dibuktikan dengan adanya petilasan bekas makam Nyi Wandansari. Sebab, makam Nyi Wandansari tidak berada di Desa Japan, melainkan sudah dipindahkan ke makam dikomplek makam Sunan Muria.

Nama Wandansari merupakan nama asli beliau. Berdasarkan cerita warga, beliau biasa dipanggil dengan mbok sari atau mbah Wandansari. Menurut cerita Mbah Tulabi, asal muasal berdirinya nama dukuh ceglik, di ambil dari kata Ngiklak Ngiklik yang artinya Bola- Bali.

Menurut sesepuh dukuh ceglik tersebut, Nyi wandansari merupakan Juru Masak atau Tukang Momong ( orang yang merawat ) Sunan Muria.  Ia bercerita “Dulu  Mbah Sari ini sering mengantarkan makanan ke kediaman Sunan Muria,  dan proses pengantaran ini sering, berlangsung bola bali atau Ngiklak Ngiklik, karena jarak yang cukup jauh dari ceglik ke muria.” dari nama inilah nama ceglik ini mucul.

Cerita lain mengenai asal nama ceglik juga  dicerikan oleh  Sahari, yang mana ceritanya bersumber dari sesepuh dukuh ceglik yakni Mbah Ma’ruf yang makamnya berada disamping masjid ceglik.

Berdasarkan ceritanya dukuh ceglik itu sudah lebih dulu ada sebelum adanya dukuh japan, baik japan lor atau japan wetan. Nyi Wandasari sendiri masih kerabat Sunan Muria dan sekaligus murid yang ditempatkan dikawasan yang kita kenal sekarang sebagai Dukuh Ceglik.  Nama Ceglik berasal dari istilah “Ngiklik” yang mengarah pada arti lokasi pojok ujung, karena melihat lokasi ketika Sunan Muria mengunjungi Nyi Wandansari.

Lokasi Petilasan Nyi Wandansari ini sangatlah mudah dijangkau karena berada di tengah-tengah pemukiman penduduk tepatnya di dukuh Ceglik RT.04 / RW. 01 Desa Japan.

Kompleks petilasan ini sendiri tidak begitu besar hanya sebidang tanah yang di kelilingi pagar batu batu berbentuk persegi. Di dalam petilasan ini, terdapat sebuah pohon yang memiliki akar yang tertata rapi dan tidak melilit yang disebut sebagai pager mangkok. Hingga sekarang tempat persinggahan Nyi Wandansari masih terjaga dan warga menyebutnya sebagai petilasan Nyi Wandansari.

Haul Mbah Wandansari tidak pernah diperingati secara khusus. Kegiatan sakral ini, dilakukan pada Jum’at legi, biasanya dilakukan berbarengan dengan kegiatan keagamaan Barikan atau Syukuran oleh warga sekitar petilasan. Tradisi yang masih dilaksanakan biasanya melakukan manganan dengan pepes bandeng, ingkung dll.

Hal itu dilakukan, ketika terdapat masyarakat yang memiliki suatu hajat tertentu sehingga melakukan syukuran di petilasan Nyi Wandansari. Dalam acara ini sajian makanan yang dibawa sederhana dan khas yaitu ingkung dan pepes bandeng. kemudian diacarakan dan dibacakan doa. Di Akhir kegiatan ini yakni sajian atau bekal yang dibawa diimakan bersama-sama di petilasan tersebut. Tradisi tersebut masih dilakukan hingga sekarang khususnya bagi masyarakat dukuh ceglik dan warga desa Japan.

One thought on “Nyi Wandansari dan Asal Mula Nama Ceglik di Desa Japan

Comments are closed.