ProfilSejarah

Menilik Sosok Mbah Surogonjo, Wali dan Leluhur di Desa Japan

Kudus merupakan kota yang terkenal dengan dua makam besar waliyullah-nya, yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus yang termasuk kedalam walisongo.

Namun, jika menulusuri lebih jauh tidak hanya dua tokoh tersebut yang terkenal dikalangan masyarakat Kudus bahkan luar kota Kudus. Seperti halnya Syekh Hasan Sadzali dan Mbah Surogonjo yang berada di Desa Japan.

Makam Mbah Surogonjo berada di Ngipik, salah satu nama kawasan di Desa Japan. Untuk berkunjung ke makam Mbah Surogonjo, dapat diakses dengan motor ataupun jalan kaki. Jalan menuju pemakaman, searah dengan jalan menuju Kompleks Rejenu (Makam Syekh Sadzali ) yang terkenal dengan tiga mata airnya yang mempunyai rasa yang berbeda-beda .

Sosok Mbah Surogonjo merupakan sosok pertama yang diyakini tinggal atau Cikal Bakal di Japan. Menurut cerita, Mbah Surogonjo merupakan seorang pendatang dari Desa Trowulan, Jawa Timur pada masa Kerajaan Majapahit, yang kemudian menjadi abdi atau murid sekaligus pangon dari Sunan Muria, ungkap Sahari.

Arti Pangon memiliki arti yang luas, seperti halnya pengasuh kepercayaan, ajudan, pemelihara, perawat dan lain sebagainya, karna Pangon termasuk kedalam bahasa jawa kuno. sehingga beliau diberi amanah oleh Sunan Muria pada saat itu, untuk menghidupkan kawasan yang sekarang di sebut dengan Nama Desa Japan.

Beliau dikenal sebagai waskito yang berarti orang yang pandai,dan dipercaya oleh Sunan Muria untuk membabat (menghidupkan peradaban) tanah Japan (Ngipik) dengan mengajarkan islam. Selain menyebarkan agama Islam, beliau juga mempunyai kepiawaian dalam bidang peternakan, dan perkebunan. hal ini bisa dilihat bahwa warga japan juga waris (mewarisi kelihaian) tersebut sebagai pekerjaan mayoritas di Desa Japan.

Untuk kegiatan tahunan, ada kegiatan yang dinamaan Buka Luwur. Buka Luwur Mbah Surogonjo dilaksanakan pada 6 Maulud. Karena tanggal tersebut telah menjadi kesepakatan para tokoh masyarakat atas petunjuk dari para kiai/ulama’ besar. 

Pada acara khaul/Buka Luwur tersebut diadakan berbagai kegiatan seperti halnya pengajian, khatam Alqur’an, tahlil, kenduren nasi tumpeng. Uniknya kelambu atau kain putih bekas penutup makam tersebut menjadi rebutan masyarakat karena untuk mendapatkan “berkah” dari Mbah  Surogonjo. Masyarakat meyakini bahwa doa dari para peziarah menempel pada kain luwur tersebut.

Diantara rangkaian tradisi buka luwur ini, terdapat acara khas yakni kirab, dan kesenian khas terbang jawa kuno yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Print Friendly, PDF & Email
Syaroful Anam

Syaroful Anam

Digital Management

2 thoughts on “Menilik Sosok Mbah Surogonjo, Wali dan Leluhur di Desa Japan

Comments are closed.